Kamis 28 Peberuari 2013 kedua orang
tuaku datang di Kalianda. Kedatangannya bersama cucunya Amila anak adikku, Kedatangannya hanya ingin melihat anak dan
cucunya. Dalam perjalananya dari Kampung
kelahiranku di Desa Dadapan Kacamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus, Mereka
bertiga berangkat jam 6 pagi, diantar adik menuju pool travel bus di Gisting. Dari pool travel gisting mereka
naik travel jurusan Gisting-Bakauheni.
Selama perjalan mereka mereka tidak dapat menikmati perjalanya, merasa
sedih, karena mobil travel yang
ditumpangi penuh sesak dengan penumpang dan barang. Akibat penuh dengan
penumpang dan barang bapak merasakan
mual dan pusing (mabuk gitu lah). Ahirnya ketika sampai di pringsewu rasa mual
dan pusingnya tidak tertahan lagi dan keluarlah apa yang disantap dari rumah
tadi pagi. Melihat Mbah Kakungnya mengeluarkan sesuatu dari mulutnya dan bau anyir
, kemenakanku Amila tidak mau
ketinggalan. “Berlombalah keduanya”.
Ibu dan bapak beserta kemenakan sampai
Kalianda sekitar pukul 11.30. WIB. Mobil
Travell yang ditumpangi tidak mau mengantar sampai rumah. Mereka diturunkan di
depan Polsek Kalianda. Aku meluncur
dengan Tarunaku jemput mereka. Saat kunaikan ke mobil bapak dan
kemenakan masih kondisi lemas, bau wangi parfum yang mereka keluarkan masih
berasa. Baju bapak dan jilbab kemenakan yang terkena farfum muntahan tertinggal
di bis travel.
Sepanjang perjalan kerumah dengan
Tarunaku Ibu bercerita bahwa ibu yang mengurus bapak dan kemenakan selama mabuk
diperjalan dengan tegar, sabar dan ihlas. Ibuku memang seorang sosok yang tegar,
sabar dan ihlas. Ketegaran , kesabaran dan
keihlasanya dapat kami rasakan juga ketika mengurus kami ke-12 anaknya disaat masih kecil-kecil, ketika
kami tidur ibuku belum lagi tidur, sementara dia sudah bangun ketika kami masih tidur. Disaat tubuh kami sakit, pangkuan dan pelukan ibu nan
hangat serta senandungnya adalah obat bagi kami. Itulah ibuku tetap tegar di
depan kami walaupun banyak derai tanggis dan tetes air matanya terbuang
dibelakang kami, yang kami tidak pernah tau. Ibuku sanggup menukar hidupnya hanya untuk hidup kami / menukar kebahagianya hanya untuk kebahagian
kami. “ Biar ibu BODOH nak, asal jangan
kamu yang seperti IBU”, Biar Ibu sengsara, asal jangan kamu yang seperti ibu”.
Itulah Ibuku…
Mari kita buat orang tua kita bahagia ,
terutama buat ibu kita, sebelum Alloh memisahkan kita dengan Ibu. Ibu
kita hanya satu, mengapa tidak kita buat dia bahagia, taatilah ibu selagi bisa ,
sungguh setiap senyumnya karenamu dapat memadamkan api neraka, jadikan ibumu
jembatan ke surga[1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar