Minggu, 03 Maret 2013

Ibuku Sayang Ibuku Datang




Kamis 28 Peberuari 2013 kedua orang tuaku datang di Kalianda. Kedatangannya bersama cucunya Amila anak adikku,  Kedatangannya hanya ingin melihat anak dan cucunya.  Dalam perjalananya dari Kampung kelahiranku di Desa Dadapan Kacamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus, Mereka bertiga  berangkat jam 6 pagi,  diantar adik menuju pool travel  bus di Gisting. Dari pool travel gisting mereka  naik travel jurusan Gisting-Bakauheni.
Selama perjalan mereka  mereka tidak dapat menikmati perjalanya, merasa sedih, karena  mobil travel yang ditumpangi penuh sesak dengan penumpang dan barang. Akibat penuh dengan penumpang dan barang  bapak merasakan mual dan pusing (mabuk gitu lah). Ahirnya ketika sampai di pringsewu rasa mual dan pusingnya tidak tertahan lagi dan keluarlah apa yang disantap dari rumah tadi pagi. Melihat Mbah Kakungnya  mengeluarkan sesuatu dari mulutnya dan bau anyir , kemenakanku  Amila tidak mau ketinggalan. “Berlombalah keduanya”.
Ibu dan bapak beserta kemenakan sampai Kalianda  sekitar pukul 11.30. WIB. Mobil Travell yang ditumpangi tidak mau mengantar sampai rumah. Mereka diturunkan di depan Polsek Kalianda. Aku meluncur  dengan Tarunaku jemput mereka. Saat kunaikan ke mobil bapak dan kemenakan masih kondisi lemas, bau wangi parfum yang mereka keluarkan masih berasa. Baju bapak dan jilbab kemenakan yang terkena farfum muntahan tertinggal di bis travel. 
Sepanjang perjalan kerumah dengan Tarunaku Ibu bercerita bahwa ibu yang mengurus bapak dan kemenakan selama mabuk diperjalan dengan tegar, sabar dan ihlas. Ibuku memang seorang sosok yang tegar, sabar dan ihlas.  Ketegaran , kesabaran dan keihlasanya dapat kami rasakan juga ketika  mengurus kami  ke-12 anaknya disaat masih kecil-kecil, ketika kami tidur ibuku belum lagi tidur, sementara dia sudah bangun  ketika kami masih tidur. Disaat  tubuh kami sakit, pangkuan dan pelukan ibu nan hangat serta senandungnya adalah obat bagi kami. Itulah ibuku tetap tegar di depan kami walaupun banyak derai tanggis dan tetes air matanya terbuang dibelakang kami, yang kami tidak pernah tau. Ibuku sanggup menukar  hidupnya hanya untuk hidup kami /  menukar kebahagianya hanya untuk kebahagian kami. “ Biar ibu BODOH nak, asal  jangan kamu yang seperti IBU”, Biar Ibu sengsara, asal jangan kamu yang seperti ibu”. Itulah Ibuku…
Mari kita buat orang tua kita bahagia , terutama  buat ibu  kita,  sebelum Alloh memisahkan kita dengan Ibu. Ibu kita hanya satu, mengapa tidak kita buat  dia bahagia, taatilah ibu selagi bisa , sungguh setiap senyumnya karenamu dapat memadamkan api neraka, jadikan ibumu jembatan ke surga[1]



[1] Felix Siauw dalam Google + 12 Pebruari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar